Bait-bait
puisi itu terdengar indah kala para penyair mengumandangkannya malam itu.
Suasana dinginnya malam selepas hujan tidak menyurutkan semangat orang-orang
untuk datang ke PWNU Jateng guna melihat para penyair membacakan puisinya,
termasuk saya juga berada di antara orang-orang yang menyaksikan. Walaupun
dengan keadaan waktu dan tempat yang menurut saya kurang nyaman, tapi acara
tetap berjalan dengan lancar hingga selesai.
Saya
mengamati para penyair yang membacakan puisi karya mereka maupun karya
sastrawan lain, dengan berbekal kemampuan membaca puisi yang indah para penyair
membuat penonton larut dalam penghayatan puisi yang dibawakan. Untuk mereka
yang menyukai puisi pasti akan sangat menikmati acara, namun bagi saya yang
kurang menyukai puisi, acara tersebut sedikit membosankan bagi saya, dan yaaa..
kalian pasti heran kenapa saya tetap datang di acara tersebut sedangkan saya
tidak menyukai puisi. Baiklah, berhubung saya baik hati tidak sombong rajin
menabung dan tentunya tidak suka berbohong, saya akan mengatakan yang
sejujur-jujurnya bahwa saya datang kesana untuk menuntaskan tugas saya, tugas
kuliah lebih tepatnya.
Tugas
kuliah membuat saya harus datang kesana dan mengamati bagaimana berjalannya
acara. Hha, tentu saja tidak. Saya tidak hanya mengamati bagaimana acara
tersebut tapi juga mengamati puisi yang dibacakan para penyair kondang yang
datang kesana.
Salah
seorang yang sempat saya saksikan saat membaca puisi yaitu Bapak KH Muzamil,
seorang pria paruh baya yang memakai kopiah itu membacakan puisinya dengan
lugas, walaupun masih ada kesan malu-malu saat berdiri dibawah tatapan
orang-orang, beliau tetap membawakan puisinya dengan elok.
Puisi
yang beliau bacakan mengenai kehidupan dimana kita tidak boleh sombong
menganggap semua dapat dilakukan tanpa bantuan sama sekali. Beliau mengatakan
bahwa dalam puisi tersebut kita harus selalu ingat pada Tuhan yang telah
menciptakan kita, kita harus menuntut ilmu dari manapun termasuk dari guru yang
dapat digugu dan ditiru dan kita juga harus bekerja untuk untuk bekal ibadah.
Puisi
yang dibacakan beliau begitu mengena di hati saya, betapa saya selama ini hanya
memikirkan untuk bersenang-senang tanpa tau bahwa di luar sana masih banyak orang
yang kurang beruntung dan ingin berada di posisi saya sekarang.

